Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hikmah dan Esensi Tawakkal


 


saya selaku khatib sholat jum’at pada hari ini berwasiat selalu kepada kepada diri saya pribadi khususnya dan kepada seluruh muslimin agar selalu bertakwa kepada Allah

Tawakal kepada Allah berarti berserah diri atas segala kepustusan dan kehendaknya. Kita manusia terkadang selalu lupa akan kehadiran Tuhan kita yang Esa , terkadang kita merasa seperti kita dan hanya kita di duania ini yang tersiksa yang berusaha dan lain sebagainya. Lalu kita lupa bahwa kita punya tanggungan yang tidak lain adalah tawakal. Karena mau kita merencanakan ini, merencakan itu, berusaha sekuat tenaga, ataupun mencoba dengan segala teori yang ada-ingatlah- tanpa restu dan kehendak Allah maka pasti ada saja yang menghalaingi hal itu semua untuk tidak terjadi.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Anfal ayat 49:

إِذْ يَقُولُ ٱلْمُنَٰفِقُونَ وَٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ غَرَّ هَٰٓؤُلَآءِ دِينُهُمْ ۗ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Artinya: (Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya". (Allah berfirman): "Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".

Bertawakal adalah perkara yang sangat diperlukan dalam kehidupan dan Allah juga memerintahkan kita untuk selalu bertawal dan berserah diri sepenuhnya kepada-Nya, karena Allah laha yang menentukan segala sesuatu didunia ini. Naming disamping tawakal kita juga jangan sampai lupa untuk selalu memaksimalkan usaha, lalu dari sanalah kita tawakal akan Hasil usaha kita.

Habib Ali bin Hasan Baharun pernah menceritakan sebuah kisah tentang Abu Tayyib. diceritakan Abu Thayyib seorang solihin. suatu waktu, beliau seorang yang hidup dalam kesederhanaan beliau tinggal di rumah yang kecil dan jauh dari keramaian, jauh dari perkotaan. kemudian sewaktu-waktu ada tamu atau ada musafir yang singgah di rumah mereka dan musafirin ini membutuhkan makanan, karena rumah mereka ini jauh dari keramaian. ketika tamu tersebut, musafir tersebut datang ke rumah mereka, dan disaat itu ya istrinya sedang keluar rumah. maka Abu Toyib tidak memiliki makanan apapun di rumah dan hanya punya kuda yang digunakan untuk membantu hajat hajat beliau kemana pergi, beliau pakai tunggangan kuda tersebut atau beliau punya hajat mengangkut barang dia gunakan kuda ini untuk mengangkut barang-barangnya. tapi disaat dibutuhkan kuda yang dimilikinya untuk dihidangkan kepada tamu. Beliau korbankan, beliau sembelih dan beliau panggang  lalu dihidangkan kepada tamu-tamu musafirin yang membutuhkan makanan, karena mereka kelaparan kehabisan bekal diperjalanan. setelah mereka pulang tahu-tahu istrinya datang, maka ditanyalah kemana  kuda yang kita miliki? maka dikatakan oleh suaminya kudanya sudah disembelih dan diberikan kepada mereka yang membutuhkan, karena mereka dalam keadaan lapar. maka istrinya ngomel kamu itu tidak punya akal, kamu itu tidak mikir, kamu itu dalam keadaan miskin, Iya kalau kita kaya raya, kita membutuhkan kepada kuda tersebut, gimana lagi?  dengan Apalagi kita akan menjadikan tunggangan untuk kita? untuk pergi ke tempat yang kita inginkan, terus kita mau Dapat bantuan dari mana?

kalau istri yang shalihah, istri yang betul-betul beriman kepada Allah SWT, tentunya dia akan mengatakan Alhamdulillah Semoga apa yang kamu lakukan itu diganti dengan Allah dengan sebesar-besarnya Insyaallah akan lebih banyak lagi nikmat dan rizki yang Allah berikan dengan sebab shodaqoh kita yang seperti ini. tapi istri Ini kadang-kadang kebanyakan marah, banyak yang bakhil.

abu Tayyib disaat itu yang memberikan kudanya dan kemudian diomelin sama istrinya karena apa yang dilakukannya, sampai ribut dan puncak ributnya mereka berdua ini sampai istrinya minta cerai. ceraikan aku! diceraikanlah, akhirnya abu tayyib kehilangan dua hal, kehilangan kudanya kemudian kehilangan apa istrinya. langsung tidak lama setelah itu datang seseorang dari para orang sholih, bukan hanya sholih tapi juga kaya. seorang kaya tapi Shalihin datang kepadanya, berkata ya Fulan Aku punya anak perempuan anak, perempuan ini dilamar banyak laki-laki. tapi aku sampai sekarang menolaknya. aku punya yang anak perempuan yang cantik dan shalihah masyaAllah. aku mendengar kabar bahwasanya kamu bercerai dengan istri kamu, bagaimana kalau menikah dengan anakku ini. maka Abu Tayyib langsung menerimanay, apalagi cantik dan shalihah. Siapa yang bisa menolak. maka dinikahkan saat itu juga. setelah itu si sholih kaya ini pulang untuk membawa anak putrinya dibawa ke rumah abu tayyib, bukan hanya membawa putrinya sebagai istrinya tapi sekaligus membawa 10 kuda. jadi istri diganti oleh Allah, sementara kudanya yang diinfakkan untuk musafir yang kelaparan diganti dengan 10 kuda. Jadi ini contoh orang yang bertawakal kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Tawakkal bukan hanya sekedar bermakna berserah diri kepada Allah namun di hati ada harapan agar mendapatkan balasan dari Allah, namun tawakkal sesungguhnya adalah sungguh sungguh berpasrah sepenuhnya kepada Allah swt dan meyakini tiada daya dan upaya segalanya kecuali milik Allah semata.

Maka demikian stress kita menghadapi problematika duniawi terkurangi, depresi kita menghadapi kerasnya realita kehidupan akan sirna, maka badan pun ringan jiwa pun tenang walaupun banyak badai dan ombak masalah kehidupan menerpa, sembari kita memperbaiki sholat kita, shodaqoh kita, dan memperbanyak istighfar dan sholawat, hingga sifat tawakkal kita semakin sempurna dan berpasrah sepenuhnya kepada Allah swt.

Post a Comment for "Hikmah dan Esensi Tawakkal"